Manusia sebagai makhluk Tuhan adalah makhluk
pribadi sekaligus makhluk sosial, susila, dan religius. Sifat kodrati manusia
sebagai makhluk pribadi, sosial, susila, dan religii harus dikembangkan secara
seimbang, selaras, dan serasi. Perlu disadari bahwa manusia hanya mempunyai
arti dalam kaitannya dengan manusia lain dalam masyarakat. Manusia mempunyai
arti hidup secara layak jika ada diantara manusia lainnya. Tanpa ada manusia
lain atau tanpa hidup bermasyarakat, seseorang tidak dapat menyelenggarakan
hidupnya dengan baik.
Proses
sosial adalah cara-cara berhubungan yang dilihat apabila orang-perorangan dan
kelompok-kelompok sosial saling bertemu dan menentukan sistem serta
bentu-bentuk hubungan tersebut atau apa yang akan terjadi apabila ada
perubahan-perubahan yang menyebabkan goyahnya pola-pola kehidupan yang telah
ada.
Proses
sosial dapat diartikan sebagai pengaruh timbale-balik antara pelbagai segi
kehidupan bersama, misalnya pengaruh- mempengaruhi
antara sosial dengan politik, politik dengan ekonomi, ekonomi dengan hukum, dst. Interaksi sosial merupakan kunci dari semua kehidupan sosial, karena tanpa interkasi sosial tak akan mungkin ada kehidupan bersama.
antara sosial dengan politik, politik dengan ekonomi, ekonomi dengan hukum, dst. Interaksi sosial merupakan kunci dari semua kehidupan sosial, karena tanpa interkasi sosial tak akan mungkin ada kehidupan bersama.
Interaksi
Sosial sebagai Faktor Utama dalam Kehidupan Sosial
Bentuk umum proses sosial adalah interaksi sosial (yang juga dapat dinamakan sebagai proses sosial) karena interasi sosial merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang-orang perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia.
Interaksi sosial antara kelompok-kelompok manusia terjadi anatara kelompok tersebut sebagai suatu kesatuan dan biasanya tidak menyangkut pribadi anggota-anggotanya.
Interaksi sosial antara kelompok-kelompok manusia terjadi pula di dalam masyarakat. Interaksi tersebut lebih mencolok ketika terjadi benturan antara kepentingan perorangan dengan kepentingan kelompok.
Bentuk umum proses sosial adalah interaksi sosial (yang juga dapat dinamakan sebagai proses sosial) karena interasi sosial merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang-orang perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia.
Interaksi sosial antara kelompok-kelompok manusia terjadi anatara kelompok tersebut sebagai suatu kesatuan dan biasanya tidak menyangkut pribadi anggota-anggotanya.
Interaksi sosial antara kelompok-kelompok manusia terjadi pula di dalam masyarakat. Interaksi tersebut lebih mencolok ketika terjadi benturan antara kepentingan perorangan dengan kepentingan kelompok.
Interaksi
sosial hanya berlangsung antara pihak-pihak apabila terjadi reaksi terhadap dua
belah pihak. Interaksi sosial tak akan mungkin terjadi apabila manusia
mengadakan hubungan yang langsung dengan sesuatu yang sama sekali tidak
berpengaruh terhadap sistem syarafnya, sebagai akibat hubungan termaksud.
Interaksi
sosial merupakan suatu fondasi dari hubungan yang berupa tindakan yang
berdasarkan norma dan nilai
sosial yang berlaku dan diterapkan di dalam masyarakat. Dengan adanya nilai
dan norma yang berlaku,interaksi sosial itu sendiri dapat
berlangsung dengan baik jika aturan - aturan dan nilai – nilai yang ada dapat
dilakukan dengan baik. Jika tidak adanya kesadaran atas pribadi masing –
masing,maka proses sosial itu sendiri tidak dapat berjalan sesuai dengan yang kita
harapkan. Di dalam kehidupan sehari – hari tentunya manusia tidak dapat lepas
dari hubungan antara satu dengan yang lainnya,ia akan selalu perlu untuk
mencari individu ataupun kelompok lain untuk dapat berinteraksi ataupun
bertukar pikiran. Menurut Prof. Dr. Soerjono Soekamto di dalam
pengantar sosiologi, interaksi sosial merupakan kunci semua kehidupan sosial.
Dengan tidak adanya komunikasi ataupun interaksi antar satu sama lain maka tidak
mungkin ada kehidupan bersama. Jika hanya fisik yang saling berhadapan antara
satu sama lain, tidak dapat menghasilkan suatu bentuk kelompok sosial yang
dapat saling berinteraksi. Maka dari itu dapat disebutkan bahwa interaksi merupakan dasar dari suatu bentuk
proses sosial karena tanpa adanya interaksi sosial, maka kegiatan–kegiatan
antar satu individu dengan yang lain tidak dapat disebut interaksi.
Syarat interaksi sosial
Menurut
Soerjono Soekanto, interaksi sosial tidak mungkin terjadi tanpa adanya dua
syarat, yaitu kontak sosial dan komunikasi.
1. Kontak Sosial
Kata “kontak” (Inggris: “contact") berasal
dari bahasa Latin con atau cum
yang artinya bersama-sama dan tangere yang artinya menyentuh. Jadi,
kontak berarti bersama-sama menyentuh. Dalam pengertian sosiologi, kontak
sosial tidak selalu terjadi melalui interaksi atau hubungan fisik, sebab orang
bisa melakukan kontak sosial dengan pihak lain tanpa menyentuhnya, misalnya
bicara melalui telepon, radio, atau surat elektronik. Oleh karena itu, hubungan
fisik tidak menjadi syarat utama terjadinya kontak. Kontak sosial memiliki
sifat-sifat berikut.
a) Kontak sosial dapat bersifat positif
atau negatif. Kontak sosial positif mengarah pada suatu kerja sama, sedangkan
kontak sosial negatif mengarah pada suatu pertentangan atau konflik.
b) Kontak sosial dapat bersifat primer
atau sekunder. Kontak sosial primer terjadi apabila para peserta interaksi
bertemu muka secara langsung. Misalnya, kontak antara guru dan murid di dalam
kelas, penjual dan pembeli di pasar tradisional, atau pertemuan ayah dan anak
di meja makan. Sementara itu, kontak sekunder terjadi apabila interaksi
berlangsung melalui suatu perantara. Misalnya, percakapan melalui telepon.
Kontak sekunder dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Kontak
sekunder langsung misalnya terjadi saat ketua RW mengundang ketua RT datang ke
rumahnya melalui telepon. Sementara jika Ketua RW menyuruh sekretarisnya
menyampaikan pesan kepada ketua RT agar datang ke rumahnya, yang terjadi adalah
kontak sekunder tidak langsung.
2. Komunikasi
a Komunikasi
merupakan syarat terjadinya interaksi sosial. Hal terpenting dalam komunikasi
yaitu adanya kegiatan saling menafsirkan perilaku (pembicaraan, gerakan-gerakan
fisik, atau sikap) dan perasaan-perasaan yang disampaikan. Ada lima unsur pokok
dalam komunikasi yaitu sebagai berikut.
b) Komunikator, yaitu orang yang
menyampaikan pesan, perasaan, atau pikiran kepada pihak lain.
c) Komunikan, yaitu orang atau
sekelompok orang yang dikirimi pesan, pikiran, atau perasaan.
d) Pesan, yaitu sesuatu yang
disampaikan oleh komunikator. Pesan dapat berupa informasi, instruksi, dan
perasaan.
e) Media, yaitu alat untuk menyampaikan
pesan. Media komunikasi dapat berupa lisan, tulisan, gambar, dan film.
f) Efek, yaitu perubahan yang diharapkan
terjadi pada komunikan, setelah mendapatkan pesan dari komunikator.
Ada
tiga tahap penting dalam proses komunikasi. Ketiga tahap tersebut adalah
sebagai berikut.
1.
Encoding
Pada
tahap ini, gagasan atau program yang akan dikomunikasikan diwujudkan dalam
kalimat atau gambar. Dalam tahap ini, komunikator harus memilih kata, istilah,
kalimat, dan gambar yang mudah dipahami oleh komunikan. Komunikator harus
menghindari penggunaan kode-kode yang membingungkan komunikan.
2. Penyampaian
Pada
tahap ini, istilah atau gagasan yang sudah diwujudkan dalam bentuk kalimat dan
gambar disampaikan. Penyampaian dapat berupa lisan, tulisan, dan gabungan dari
keduanya.
3. Decoding
Pada
tahap ini dilakukan proses mencerna dan memahami kalimat serta gambar yang
diterima menurut pengalaman yang dimiliki.
Faktor dasar terbentuknya interaksi sosial
Proses interaksi sosial yang terjadi dalam
masyarakat bersumber dari faktor imitasi, sugesti, simpati, motivasi,
identifikasi dan empati.
a) Imitasi: atau meniru adalah suatu proses kognisi untuk melakukan tindakan maupun
aksi seperti yang dilakukan oleh model dengan melibatkan alat indera sebagai penerima rangsang dan pemasangan
kemampuan persepsi untuk mengolah informasi dari rangsang dengan kemampuan
aksi untuk melakukan gerakan motorik.
Proses ini melibatkan kemampuan kognisi tahap tinggi
karena tidak hanya melibatkan bahasa namun juga pemahaman terhadap pemikiran
orang lain.
Imitasi saat ini dipelajari dari berbagai
sudut pandang ilmu seperti psikologi, neurologi, kognitif, kecerdasan buatan, studi hewan
(animal study), antropologi, ekonomi, sosiologi dan filsafat. Hal ini berkaitan dengan fungsi imitasi pada pembelajaran terutama pada
anak, maupun kemampuan manusia untuk berinteraksi secara sosial sampai dengan
penurunan budaya pada generasi selanjutnya.
b) Identifikasi: adalah
pemberian tanda-tanda pada golongan barang-barang atau sesuatu. Hal ini perlu,
oleh karena tugas identifikasi ialah
membedakan komponen-komponen yang satu dengan yang lainnya, sehingga tidak
menimbulkan kebingungan. Dengan identifikasi dapatlah
suatu komponen itu dikenal dan diketahui masuk dalam golongan mana. Cara
pemberian tanda pengenal pada komponen, barang atau bahan bermacam-macam antara
lain dengan menggantungkan kartu pengenal, seperti halnya orang yang akan naik
kapal terbang, tasnya akan diberi tanpa pengenal pemilik agar supaya nanti
mengenalinya mudah.
c) Sugesti:
adalah rangsangan, pengaruh, stimulus
yang diberikan seorang individu kepada individu lain sehingga orang yang diberi
sugesti
menuruti atau melaksanakan tanpa berpikir kritis dan rasional.
d) Motivasi:
yaitu rangsangan pengaruh, stimulus
yang diberikan antar masyarakat, sehingga orang yang diberi motivasi
menuruti tau melaksanakan apa yang dimotivasikan secara kritis, rasional
dan penuh rasa tanggung jawab . Motivasi biasanya diberikan oleh orang yang memiliki status
yang lebih tinggi dan berwibawa, misalnya dari seorang ayah kepada anak,
seorang guru kepada siswa.
e) Simpati:
adalah ketertarikan seseorang kepada orang lain hingga mampu merasakan perasaan
orang lain tersebut. Contoh: membantu orang lain yang terkena musibah
hingga memunculkan emosional yang mampu
merasakan orang yang terkena musibah tersebut.
f) Empati: yaitu
mirip dengan simpati,
akan tetapi tidak semata-mata perasaan kejiwaan
saja. Empati
dibarengi dengan perasaan organisme tubuh yang sangat intens/dalam.
Hubungan antara suatu individu masyarakat dengan relasi - relasi sosial
lainnya,menentukan struktur dari masyarakatnya yang dimana hubungan antar
manusia dengan relasi tersebut berdasarkan atas suatu komunikasi yang dapat terjadi di antara
keduanya. Hubungan antar manusia atau relasi – relasi sosial,suatu individu
dengan sekumpulan kelompok masyrakat,baik
dalam bentuk individu atau perorangan maupun dengan kelompok – kelompok dan
antar kelompok masyarakat itu sendiri,menciptakan
segi dinamika
dari sisi perubahan dan perkembangan masyarakat. Sebelum terbentuk sebagai suatu
bentuk konkrit,komunikasi atau hubungan yang sesuai dengan nilai – nilai sosial
di dalam suatu masyarakat,telah
mengalami suatu proses terlebih dahulu yang dimana proses – proses ini
merupakan suatu bentuk dari proses sosial itu sendiri.
Gillin
& Gillin mengatakan bahwa Proses-proses sosial adalah cara-cara
berhubungan yang dapat dilihat apabila orang-perorangan dan kelompok-kelompok
manusia saling bertemu dan menentukan sistem serta bentuk-bentuk hubungan
tersebut, atau apa yang akan terjadi apabila ada perubahan-perubahan yang
menyebabkan goyahnya cara-cara hidup yang telah ada. Berdasarkan sudut inilah komunikasi dapat dipandang sebagai suatu
sistem di dalam kelompok masyarakat maupun
sebagai sebuh proses
sosial. Adanya hubungan timbal balik dalam memperngaruhi tiap
individu pada saat terjadinya komunikasi dapat
membentuk suatu pengetahuan maupun
pengalaman baru yang dirasakan oleh masing – masing individu. Hal ini membuat
kegiatan komunikasi menjadi suatu dasar yang kuat
dalam kehidupan maupun proses
sosial seseorang. Adanya tingkat kesadaran di dalam berkomunikasi di
antara warga – warga dalam kehidupan bermasyarakat dapat membuat masyarakat dipertahankan sebagai suatu
kesatuan dan menciptakan apa yang dinamakan sebagai suatu sistem
komunikasi. Sistem
komunikasi ini mempunyai lambang – lambang yang diberi arti dan
menghasilkan persepsi khusus dalam memahami lamabang –
lambang tersebut oleh masyarakat.Karena
kelangsungan kesatuannya dengan jalan komunikasi itu,setiap masyarakat dapat membentuk kebudayaan berdasarkan sistem komunikasinya
masing-masing,
Macam - Macam Interaksi Sosial
Menurut Maryati dan Suryawati (2003)
interaksi sosial dibagi menjadi tiga macam, yaitu (p. 23) :
1. Interaksi antara individu dan individu
Dalam hubungan ini bisa terjadi interaksi
positif ataupun negatif. Interaksi positif, jika jika hubungan yang terjadi
saling menguntungkan. Interaksi negatif, jika hubungan timbal balik merugikan
satu pihak atau keduanya (bermusuhan).
2. Interaksi antara individu dan kelompok
Interaksi ini pun dapat berlangsung secara
positif maupun negatif. Bentuk interaksi sosial individu dan kelompok bermacam
- macam sesuai situasi dan kondisinya.
3. Interaksi sosial antara kelompok dan kelompok
Interaksi sosial kelompok dan kelompok
terjadi sebagai satu kesatuan bukan kehendak pribadi. Misalnya, kerja sama
antara dua perusahaan untuk membicarakan suatu proyek.
Bentuk - Bentuk Interaksi Sosial
Berdasarkan pendapat menurut Tim Sosiologi
(2002), interaksi sosial dikategorikan ke dalam dua bentuk
1. Interaksi
sosial yang bersifat asosiatif, yakni yang mengarah kepada bentuk - bentuk
asosiasi (hubungan atau gabungan) seperti :
a. Kerja
sama
Adalah suatu usaha bersama antara orang
perorangan atau kelompok untuk mencapai tujuan bersama.
b. Akomodasi
Adalah suatu proses penyesuaian sosial
dalam interaksi antara pribadi dan kelompok - kelompok manusia untuk meredakan
pertentangan.
c. Asimilasi
Adalah proses sosial yang timbul bila
ada kelompok masyarakat dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda, saling
bergaul secara intensif dalam jangka waktu lama, sehingga lambat laun
kebudayaan asli mereka akan berubah sifat dan wujudnya membentuk kebudayaan
baru sebagai kebudayaan campuran.
d.
Akulturasi
Adalah proses sosial yang timbul, apabila suatu kelompok masyarakat manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur - unsur dari suatu kebudayaan asing sedemikian rupa sehingga lambat laun unsur - unsur kebudayaan asing itu diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri, tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian dari
kebudayaan itu sendiri.
2. Interaksi
sosial yang bersifat disosiatif, yakni yang mengarah kepada bentuk - bentuk
pertentangan atau konflik, seperti :
a. Persaingan
suatu
perjuangan yang dilakukan perorangan atau kelompok sosial tertentu, memperoleh kemenangan atau hasil secara
kompetitif, tanpa menimbulkan ancaman atau benturan fisik di pihak lawannya.
b. Kontravensi
proses
sosial yang berada di antara persaingan dan pertentangan atau konflik. Wujud
kontravensi antara lain sikap tidak senang, baik secara tersembunyi maupun secara
terang - terangan yang ditujukan terhadap perorangan atau kelompok atau
terhadap unsur - unsur kebudayaan golongan tertentu. Sikap tersebut dapat
berubah menjadi kebencian akan tetapi tidak sampai menjadi pertentangan atau
konflik.
c. Konflik
Adalah
proses sosial antar perorangan atau kelompok masyarakat , akibat adanya
perbedaan paham dan kepentingan yang sangat mendasar, sehingga menimbulkan
adanya semacam gap atau jurang pemisah yang mengganjal interaksi sosial di
antara mereka yang bertikai tersebut.
Ciri
- Ciri Interaksi Sosial
- Jumlah pelakunya lebih dari satu orang
- bkomunikasi di antara pelaku melalui kontak social
- cmaksud atau tujuan yang jelas
- Dilaksanakan melalui suatu pola sistem sosial tertentu
Pertentangan mempunyai
beberapa bentuk khusus:
- Pertentangan pribadi
- Pertentangan Rasial : dalam hal ini para pihak akan menyadari betapa adanya perbedaan antara mereka yang menimbulkan pertentangan
- Pertentangan antara kelas-kelas sosial : disebabkan karena adanya perbedaan kepentingan
- Pertentangan politik : menyangkut baik antara golongan-golongan dalam satu masyarakat, maupun antara negara-negara yang berdaulat
- Pertentangan yang bersifat internasional : disebabkan perbedaan-perbedaan kepentingan yang kemudian merembes ke kedaulatan Negara
Ada
5 bentuk kerjasama :
1.
Kerukunan
yang mencakup gotong-royong dan tolong menolong
2.
Bargaining,
Yaitu pelaksana perjanjian mengenai pertukaran barang-barang dan jasa-jasa
antara 2 organisasi atau lebih
3. Kooptasi (cooptation), yakni suatu
proses penerimaan unsur-unsur baru dalam kepemimpinan atau pelaksanaan politik
dalam suatu organisasi sebagai salah satu cara untuk menghindari terjadinya
kegoncangan dalam stabilitas organisasi yang bersangkutan
4. Koalisi (coalition), yakni kombinasi
antara dua organisasi atau lebih yang mempunyai tujuan-tujuan yang sama.
Koalisi dapat menghasilkan keadaan yang tidak stabil untuk sementara waktu
karena dua organisasi atau lebih tersebut kemungkinan mempunyai struktur yang
tidak sama antara satu dengan lainnya. Akan tetapi, karena maksud utama adalah
untuk mencapat satu atau beberapa tujuan bersama, maka sifatnnya adalah
kooperatif.
5. Joint venture, yaitu kerjasama dalam
pengusahaan proyek-proyek tertentu, misalnya pengeboran minyak, pertambangan
batubara, perfilman, perhotelan, dst.
b. Akomodasi (Accomodation)
Pengertian
Istilah Akomodasi dipergunakan dalam dua arti : menujuk pada suatu keadaan dan untuk menujuk pada suatu proses. Akomodasi menunjuk pada
keadaan, adanya suatu keseimbangan dalam interaksi antara orang-perorangan atau kelompok-kelompok manusia dalam kaitannya dengan norma-norma sosial dan nilai-nilai sosial yang berlaku dalam masyarakat. Sebagai suatu proses akomodasi menunjuk pada usaha-usaha manusia untuk meredakan suatu pertentangan yaitu usaha-usaha manusia untuk mencapai kestabilan.
Menurut Gillin dan Gillin, akomodasi adalah suatu perngertian yang digunakan oleh para sosiologi untuk menggambarkan suatu proses dalam
hubungan-hubungan sosial yang sama artinya dengan adaptasi dalam biologi. Maksudnya, sebagai suatu proses dimana orang atau kelompok manusia yang mulanya saling bertentangan, mengadakan penyesuaian diri untuk mengatasi ketegangan-ketegangan. Akomodasi merupakan suatu cara untuk menyelesaikan pertentangan tanpa menghancurkan pihak lawan sehingga lawan tidak kehilangan kepribadiannya.
Tujuan
Akomodasi dapat berbeda-beda sesuai dengan situasi yang dihadapinya, yaitu :
1. Untuk mengurangi pertentangan antara
orang atau kelompok manusia sebagai akibat perbedaan paham
2. Mencegah meledaknya suatu pertentangan
untuk sementara waktu atau secara temporer
3. Memungkinkan terjadinya kerjasama
antara kelompok sosial yang hidupnya terpisah akibat faktor-faktor sosial
psikologis dan kebudayaan, seperti yang dijumpai pada masyarakat yang mengenal
sistem berkasta.
4. Mengusahakan peleburan antara kelompok
sosial yang terpisah.
Proses Asimilasi timbul bila ada :
1. Kelompok-kelompok manusia yang berbeda kebudayaannya
2. Orang-perorangan sebagai warga kelompok tadi saling bergaul secara langsung dan intensif untuk waktu yang lama sehingga kebudayaan-kebudayaan dari kelompok-kelompok manusia tersebut masing-masing berubah dan saling menyesuaikan diri.
1. Kelompok-kelompok manusia yang berbeda kebudayaannya
2. Orang-perorangan sebagai warga kelompok tadi saling bergaul secara langsung dan intensif untuk waktu yang lama sehingga kebudayaan-kebudayaan dari kelompok-kelompok manusia tersebut masing-masing berubah dan saling menyesuaikan diri.
Beberapa bentuk interaksi sosial yang
memberi arah ke suatu proses asimilasi (interaksi yang asimilatif) bila memilii
syarat-syarat berikut ini
1. Interaksi sosial tersebut bersifat suatu pendekatan terhadap pihak lain, dimana pihak yang lain tadi juga berlaku sama
2. interaksi sosial tersebut tidak mengalami halangan-halangan atau pembatasan-pembatasan
3. Interaksi sosial tersebut bersifat langsung dan primer
4. Frekuensi interaksi sosial tinggi dan tetap, serta ada keseimbangan antara pola-pola tersebut. Artinya, stimulan dan tanggapan-tanggapan dari pihak-pihak yang mengadakan asimilasi harus sering dilakukan dan suatu keseimbangan tertentu harus dicapai dan dikembangkan.
1. Interaksi sosial tersebut bersifat suatu pendekatan terhadap pihak lain, dimana pihak yang lain tadi juga berlaku sama
2. interaksi sosial tersebut tidak mengalami halangan-halangan atau pembatasan-pembatasan
3. Interaksi sosial tersebut bersifat langsung dan primer
4. Frekuensi interaksi sosial tinggi dan tetap, serta ada keseimbangan antara pola-pola tersebut. Artinya, stimulan dan tanggapan-tanggapan dari pihak-pihak yang mengadakan asimilasi harus sering dilakukan dan suatu keseimbangan tertentu harus dicapai dan dikembangkan.
Faktor-faktor yang dapat mempermudah
terjadinya suatu asimilasi adalah :
1. Toleransi
2. Kesempatan-kesempatan yang seimbang di bidang ekonomi
3. Sikap menghargai orang asing dan kebudayaannya
4. Sikap tebuka dari golongan yang berkuasa dalam masyarakat
5. Persamaan dalam unsur-unsur kebudayaan
6. Perkawinan campuran (amaigamation)
7. Adanya musuh bersama dari luar
1. Toleransi
2. Kesempatan-kesempatan yang seimbang di bidang ekonomi
3. Sikap menghargai orang asing dan kebudayaannya
4. Sikap tebuka dari golongan yang berkuasa dalam masyarakat
5. Persamaan dalam unsur-unsur kebudayaan
6. Perkawinan campuran (amaigamation)
7. Adanya musuh bersama dari luar
Untuk kepentingan analisis ilmu
pengetahan, oposisi proses-proses yang disosiatif dibedakan dalam tiga bentuk,
yaitu :
a. Persaingan (Competition)
Persaingan atau competition dapat diartikan sebagai suatu proses sosial dimana individu atau kelompok manusia yang bersaing mencari keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan yang pada suatu masa tertentu menjadi pusat perhatian umum (baik perseorangan maupun kelompok manusia) dengan cara menarik perhatian publik atau dengan mempertajam prasangka yang telah ada tanpa mempergunakan ancaman atau kekerasan.
Persaingan atau competition dapat diartikan sebagai suatu proses sosial dimana individu atau kelompok manusia yang bersaing mencari keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan yang pada suatu masa tertentu menjadi pusat perhatian umum (baik perseorangan maupun kelompok manusia) dengan cara menarik perhatian publik atau dengan mempertajam prasangka yang telah ada tanpa mempergunakan ancaman atau kekerasan.
Persaingan mempunya dua tipe umum :
1. Bersifat Pribadi : Individu, perorangan, bersaing dalam memperoleh kedudukan. Tipe ini dinamakan rivalry.
2. Bersifat Tidak Pribadi : Misalnya terjadi antara dua perusahaan besar yang bersaing untuk mendapatkan monopoli di suatu wilayah tertentu.
1. Bersifat Pribadi : Individu, perorangan, bersaing dalam memperoleh kedudukan. Tipe ini dinamakan rivalry.
2. Bersifat Tidak Pribadi : Misalnya terjadi antara dua perusahaan besar yang bersaing untuk mendapatkan monopoli di suatu wilayah tertentu.
Bentuk-bentuk persaingan :
1. Persaingan ekonomi : timbul karena terbatasnya persediaan dibandingkan dengan jumlah konsumen
2. Persaingan kebudayaan : dapat menyangkut persaingan bidang keagamaan, pendidikan, dst.
3. Persaingan kedudukan dan peranan : di dalam diri seseorang maupun di dalam kelompok terdapat keinginan untuk diakui sebagai orang atau kelompok yang mempunyai kedudukan serta peranan terpandang.
4. Persaingan ras : merupakan persaingan di bidang kebudayaan. Hal ini disebabkan karena ciri-ciri badaniyah terlihat dibanding unsur-unsur kebudayaan lainnya.
1. Persaingan ekonomi : timbul karena terbatasnya persediaan dibandingkan dengan jumlah konsumen
2. Persaingan kebudayaan : dapat menyangkut persaingan bidang keagamaan, pendidikan, dst.
3. Persaingan kedudukan dan peranan : di dalam diri seseorang maupun di dalam kelompok terdapat keinginan untuk diakui sebagai orang atau kelompok yang mempunyai kedudukan serta peranan terpandang.
4. Persaingan ras : merupakan persaingan di bidang kebudayaan. Hal ini disebabkan karena ciri-ciri badaniyah terlihat dibanding unsur-unsur kebudayaan lainnya.
Tipe Kontravensi :
1. Kontravensi antar masyarakat setempat, mempunyai dua bentuk :
a. Kontavensi antar masyarakat setempat yang berlainan (intracommunity struggle)
b. Kontravensi antar golongan-golongan dalam satu masyarakat setempat (intercommunity struggle)
2. Antagonisme keagamaan
3. Kontravensi Intelektual : sikap meninggikan diri dari mereka yang mempunyai latar belakang pendidikan yang tinggi atau sebaliknya
4. Oposisi moral : erat hubungannya dengan kebudayaan.
1. Kontravensi antar masyarakat setempat, mempunyai dua bentuk :
a. Kontavensi antar masyarakat setempat yang berlainan (intracommunity struggle)
b. Kontravensi antar golongan-golongan dalam satu masyarakat setempat (intercommunity struggle)
2. Antagonisme keagamaan
3. Kontravensi Intelektual : sikap meninggikan diri dari mereka yang mempunyai latar belakang pendidikan yang tinggi atau sebaliknya
4. Oposisi moral : erat hubungannya dengan kebudayaan.
Pertentangan (Pertikaian atau
conflict)
Pribadi maupun kelompok menyadari adanya perbedaan-perbedaan misalnya dalam ciri-ciri badaniyah, emosi, unsur-unsur kebudayaan, pola-pola perilaku, dan seterusnya dengan pihak lain. Ciri tersebut dapat mempertajam perbedaan yang ada hingga menjadi suatu pertentangan atau pertikaian.
Akibat-akibat bentuk pertentangan
1.
Tambahnya
solidaritas in-group
2. Apabila pertentangan antara
golongan-golongan terjadi dalam satu kelompok
tertentu, akibatnya adalah sebaliknya, yaitu goyah dan retaknya
persatuan kelompok tersebut.
3. Perubahan kepribadian para individu
4. Hancurnya harta benda dan jatuhnya
korban manusia
5. Akomodasi, dominasi, dan takluknya
salah satu pihak
Baik
persaingan maupun pertentangan merupakan bentuk-bentuk proses sosial disosiatif
yang terdapat pada setiap masyarakat.
Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, juga karena
pada diri manusia ada dorongan dan kebutuhan untuk berhubungan (interaksi)
dengan orang lain, manusia juga tidak akan bisa hidup sebagai manusia kalau tidak
hidup di tengah-tengah manusia.
Interaksi adalah proses di mana orang-oarang
berkomunikasi saling pengaruh mempengaruhi dala pikiran danb tindakana. Seperti
kita ketahui, bahwa manusia dalam kehidupan sehari-hari tidaklah lepas dari
hubungan satu dengan yang lain.
1. Bentuk
Interaksi Asosiatif
· Kerja sama (cooperation)
· Akomodasi (accomodation)
2. Bentuk
Interaksi Disosiatif
· Persaingan (competition)
· Kontraversi (contaversion)
· Pertentangan (conflict)